Pertempuran antara Israel dan kelompok bersenjata Hamas di Jalur Gaza terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Hamas telah melancarkan serangan besar-besaran ke Israel, menyebabkan kejutan, dan sebagai tanggapan, militer Israel telah meningkatkan serangan udara ke Jalur Gaza. Hamas juga telah menembakkan banyak roket ke Israel, menyebabkan korban jiwa terus meningkat di kedua belah pihak.

Mengapa Israel dan Palestina terus berulang dalam siklus pertikaian yang brutal? Ini berasal dari perselisihan yang telah berlangsung selama lebih dari 2.000 tahun antara orang Yahudi dan Arab.

Pada abad ke-19, di antara orang Yahudi, muncul gerakan Zionisme, yang bertujuan untuk kembali ke tanah Palestina, tempat kerajaan kuno mereka berada, dan mendirikan negara. Selama Perang Dunia Pertama, Inggris berjanji untuk mendukung pendirian negara Yahudi, tetapi juga menjanjikan kemerdekaan kepada orang Arab dengan mengatakan bahwa mereka akan mendapatkan negara jika mereka melawan Kekaisaran Ottoman. Setelah Holocaust, pembantaian orang Yahudi oleh Nazi Jerman, orang Yahudi semakin bertekad untuk membangun tanah air permanen.

Pada tahun 1948, negara Yahudi didirikan di tanah Palestina dengan pendirian Israel, yang menyebabkan konflik besar antara Arab dan Yahudi. 700.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka, dan mereka saat ini tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza di bawah pendudukan Israel. Terutama Gaza, dengan populasi 2 juta orang yang tinggal di wilayah seluas pulau, dianggap sebagai "penjara tanpa atap", yang menghadapi kondisi yang sulit.

Pada tahun 2000, konflik meletus ketika Ariel Sharon, politisi sayap kanan Israel, mengunjungi situs suci di Yerusalem, menghancurkan harapan perdamaian yang telah dibangun melalui Perjanjian Oslo. Di dalam Palestina, setelah kematian pemimpin moderat Yasser Arafat, Hamas memenangkan pemilihan pada tahun 2006, dan kekuatan garis keras meningkat. Hamas kemudian mengambil alih Jalur Gaza, sementara Tepi Barat diperintah oleh Fatah, yang terus bernegosiasi dengan Israel untuk perdamaian.

Kolaborasi komunitas internasional sangat penting untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, Amerika Serikat, yang sangat dipengaruhi oleh kelompok lobi Yahudi di dalam negeri, telah memberikan bantuan militer besar-besaran kepada Israel, dan lebih memprioritaskan kesepakatan nuklir Iran daripada masalah Palestina. Di sisi lain, ada tanda-tanda perubahan, dengan beberapa negara Arab, termasuk Liga Arab dan Bahrain, menjalin hubungan diplomatik dengan Israel atau sedang mencarinya.

Namun, masih banyak pengungsi Palestina yang tidak dapat menikmati kehidupan yang layak. Untuk mencari solusi, dibutuhkan konsesi dari kedua belah pihak, Israel dan Palestina. Saat ini, negosiasi gencatan senjata terhenti, tetapi pada akhirnya, solusi dua negara yang adil harus dicapai. Inilah alasan mengapa komunitas internasional harus terus memperhatikan dan melakukan mediasi.